Senin, 31 Oktober 2011

MENGHIDUPKAN (KEMBALI) SEMANGAT SUMPAH PEMUDA. refleksi bagi jiwa-jiwa muda harapan bangsa

Menghidupkan (kembali) Semangat Sumpah Pemuda
                   (Refleksi bagi jiwa-jiwa muda harapan bangsa)
       *Jamal ArieVansyah


Sejarah perjalanan bangsa Indonesia sejatinya tidak lepas dari keberadaan dan peran pemuda. Di republik ini, peran pemuda sangat jelas terlihat pada awal perjuangan kemerdekaan, masa kemerdekaan itu sendiri, dan paska kemerdekaan bangsa. Singkat kata, dari prosesi tahapan-tahapan momentum kebangsaan, kita akan selalu menemui jejak tapak eksponen kepemudaan. Bung Karno (Presiden RI Pertama) pernah mengungkapkan kata-kata pengobar semangat “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia, jika ada sembilan pemuda lagi maka Indonesia pasti berubah”.
Dalam berbagai dokumen dan referensi, kiprah pemuda di Indonesia diawali pada permulaan tahun 1908 yang ditandai dengan berdirinya Budi Utomo. Semangat kebangkitan ini kemudian mengkristal dengan dideklarasikannya momentum besar, yakni Sumpah Pemuda, pada tanggal 28 Oktober tahun 1928. Peristiwa ini memberi berbagai hikmah kepada kita, Pertama, catatan penting dalam mempersatukan perjuangan pemuda dan perjuangan bangsa secara terpadu. Kedua, Sumpah Pemuda meletakkan arah dan tujuan perjuangan menentang kolonialisme. Ketiga, Sumpah Pemuda sejatinya adalah genealogi-politik menuju proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
“Kami putra-putri Indonesia”, begitu Sumpah Pemuda dibunyikan, “bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu yakni tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia.” Dalam torehan tinta sejarah bangsa, momentum tersebut telah menemukan sebuah konsepsi geo-politik (yaitu tanah air indonesia) dan identitas kebangsaan (yaitu bahasa indonesia dan simbol merah putih) yang memaknai eksistensi sebuah negeri berlabel Indonesia. Dengan arti kata, bahwa Sumpah Pemuda adalah sebuah pernyataan politik dan sekaligus gerakan kebudayaan yang mengawali sebuah aktivisme pergerakan kepemudaan. Karena itulah, Tanggal 28 Oktober 1928, selayaknya tidak hanya disebutkan sebagai hari sumpah pemuda melainkan juga hari lahirnya bangsa Indonesia.
Sejak tercetusnya sumpah pemuda, maka revolusi ke arah kemerdekaan bangsa telah diawali. Disaat itu pula, sejatinya perjuangan bangsa telah menemukan gerbangnya. Bangsa Indonesia adalah ibu pertiwi, demikian istilah pemuda-pemuda yang juga menyebutkan dirinya sebagai anak-anak bangsa. Disisi ini, ada makna cinta-kasih sayang nan tulus antara ibu dan anak. Si ibu menyapih si anak, dan sang anak bangsa menjadi harapan sang ibu pertiwi. Sehingga pada medio 1928 itu, negeri Indonesia telah dapat terbayangkan wujud rupanya. Terdapat unsur tanah air, terdapat unsur bahasa, terdapat pula lagu kebangsaan, dan juga merah putih telah dipakai simbol bersama di dada mereka. Merdeka!!! pekikan perjuangan mulai menyemangati setiap derap langkah anak-anak bangsa sejak saat itu.
Di waktu setelahnya, titik-titik sejarah gerakan pemuda terus berlanjut hingga dewasa ini. Peran pemuda terlihat pada awal lahirnya Orde Baru tahun 1966 dengan tuntutan Tritura. Tiga Tuntutan Rakyat adalah tiga tuntutan kepada pemerintah yang diserukan para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Dan di penghujung kekuasaan Orde Baru, kekuatan pemuda yang tetap mngedepankan kekuatan mahasiswa kembali bangkit. Tahun 1998 menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan.
Alhasil, berbagai peristiwa menjadikan bukti nyata bahwa pemuda selalu menjadi garda terdepan dalam usaha-usaha perbaikan bangsa. Benang merah dari berbagai peristiwa tersebut, bahwa pemuda indonesia selalu menempatkan dirinya sebagai agen perubahan (agent of change) bagi negerinya. Pada tiap momentum perubahan yang dilakoni kalangan pemuda, selalu menyentuh nilai-nilai, sikap dan pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat. Dari catatan sejarah sejak pencetusan ikrar Sumpah Pemuda, selain memberikan makna historis juga terdapat juga makna filosofis. Makna filosofisnya adalah semangat perjuangan, dedikasi, dan pengorbanan untuk persatuan dan kesatuan bangsa indonesia yang multikultural dengan nafas nasionalisme.
Dan kini, kepada anak bangsa sebagai generasi penerus dewasa ini perlu membaca ulang makna sumpah pemuda dengan jiwa dan semangat kebangsaan serta keinginan bersatu yang tinggi. Semoga semangat aktivisme tetap terpatri di dada pemuda, meneruskan makna kesejarahan Sumpah Pemuda dan memahamkan makna filosofisnya. Ikrar Satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yakni Indonesia selayaknya tidak sekedar dibacakan pada seremoni tanggal 28 oktober setiap tahunnya. Membaca Sumpah Pemuda mutlak pada makna yang lebih dalam, tidak sekadar mengerti fakta sejarahnya.

   *Penulis adalah Mahasiswa Pend.IPS. Pengurus DepLitBang PMII KomFakTar 2011-2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar